Kebutuhan
akan jamur konsumsi dinegara-negara bagian, seperti korea selatan, jepang,
thailan, dan amerika latin masih cukup tinggi terhadap permintaan jamur. Tentu saja
peluang tersebut ditangkap oleh Kotanimura, sebagai salah satu koperasi dengan
unit usahanya jamur tiram, dalam rangka memenuhi pasar. Pemenuhan terhadap
pasar mulai dari local sampai pada pasar ekspor. “Sayangnya, pesanan jamur
mentah untuk ekspor tersebut, sampai kini masih sangat kurang terpenuhi, karena
secara umum para petani jamur sudah puas dengan pasar lokal. Padahal banyak
pembeli yang bersedia menghargai jamur-jamur mentah hasil produk di Indonesia
ini, sampai 2-3 dolar AS/kg, dibandingkan dengan harga lokal yang masih stagnan
sekitar Rp. 7.000,00 – 8.000,00/kg.
Terbukanya
pasar ekspor jamur diperoleh melalui upaya pembukaan jaringan pasar baru,
dengan melihat tren pasar. Dari sejumlah peluang, produk jamur asal Indonesia
ternyata memperoleh respons pasar yang tinggi, apalagi cita rasa dan harganya
paling bersaing.
Tingginya
minat dari pembeli juga tak terlepas dari kemampuan para petani jamur dikawasana
Nusantara ini yang sudah sangat mahir menguasai teknologi produksi. Secara umum
pula, para petani jamur tak kesulitan memenuhi jenis pesanan yang ditentukan
pembeli.
Kendati
demikian, besarnya peluang ekspor produk jamur mentah, masih “tersandung”
mahalnya biaya pengapalan, dan pengurusan surat-surat izin ekspor lainnya.
Situasi demikian, menjadi tantangan besar yang harus dapat diatasi, disinilah
Kotanimura, mulai dari surat ijin usaha, sampai pada sertifikasi halal sudah
mampu dipenuhi, sehingga Koperasi Petani Jamur Nusantara secara legal formal
sudah memenuhi syarat, untuk melakukan pengiriman ekspor. Oleh karena itu
sangat diharapkan kebijakan pemerintah untuk penurunan biaya cukai, untuk
memotivasi usaha para petani jamur di berbagai daerah. (Team Media Kotanimura)