Secara
garis besar pengawetan bahan makanan dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu :
1) Pengawetan Secara Alami
1) Pengawetan Secara Alami
Proses pengawetan secara alami
meliputi pemanasan dan pendinginan.
2) Pengawetan Secara Biologis
Proses pengawetan secara biologis
misalnya dengan:
-
Peragian (Fermentasi)
Merupakan proses perubahan
karbohidrat menjadi alkohol. Zat-zat yang bekerja pada proses ini ialah enzim
yang dibuat oleh sel-sel ragi. Lamanya proses peragian tergantung dari bahan
yang akan diragikan.
-
Enzim
Enzim dapat menyebabkan perubahan
dalam bahan pangan. Perubahan yang terjadi dapat berupa rasa, warna, bentuk,
kalori, dan sifat-sifat lainnya. Beberapa enzim yang penting dalam pengolahan
daging adalah bromelin dari nenas dan papain dari getah buah atau daun pepaya.
3. Pengawetan Secara
Kimia
Menggunakan bahan-bahan kimia,
seperti gula pasir, garam dapur, nitrat, nitrit, natrium benzoat, asam propionat,
asam sitrat, garam sulfat, dan lain-lain. Proses pengasapan juga termasuk cara
kimia sebab bahan-bahan kimia dalam asap dimasukkan ke dalam makanan yang
diawetkan.
a)
Asam propionat (natrium propionat atau kalsium propionat)
Sering digunakan untuk mencegah
tumbuhnya jamur atau kapang. Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum yang
digunakan adalah 0,32 % atau 3,2 gram/kg bahan; sedangkan untuk bahan dari
keju, dosis maksimum sebesar 0,3 % atau 3 gram/kg bahan.
b)
Asam Sitrat (citric acid)
Asam ini dipakai untuk meningkatkan
rasa asam (mengatur tingkat keasaman) pada berbagai pengolahan minum, produk
air susu, selai, jeli, dan lain-lain. Asam sitrat berfungsi sebagai pengawet
pada keju dan sirup, digunakan untuk mencegah proses kristalisasi dalam madu,
gula-gula, dan juga untuk mencegah pemucatan berbagai makanan, misalnya
buah-buahan kaleng dan ikan. Larutan asam sitrat yang encer dapat digunakan
untuk mencegah pembentukan bintik-bintik hitam pada udang. Penggunaan maksimum
dalam minuman adalah sebesar 3 gram/liter sari buah.
c)
Benzoat (acidum benzoicum atau flores benzoes atau benzoic acid)
Benzoat biasa diperdagangkan adalah
garam natrium benzoat, dengan cirri ciri
berbentuk serbuk atau kristal putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, dan pada pemanasan yang tinggi akan meleleh lalu terbakar
berbentuk serbuk atau kristal putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, dan pada pemanasan yang tinggi akan meleleh lalu terbakar
d)
Bleng
Penambahan bleng selain sebagai
pengawet pada pengolahan bahan pangan terutama kerupuk, juga untuk
mengembangkan dan mengenyalkan bahan, serta memberi aroma dan rasa yang khas.
Penggunaannya sebagai pengawet maksimal sebanyak 20 gram per 25 kg bahan. Bleng
dapat dicampur langsung dalam adonan setelah dilarutkan dalam air atau
diendapkan terlebih dahulu kemudian cairannya dicampur dalam adonan.
e)
Garam dapur (natrium klorida)
Garam dapur sebagai penghambat
pertumbuhan mikroba, sering digunakan untuk mengawetkan ikan dan juga
bahan-bahan lain. Pengunaannya sebagai pengawet minimal sebanyak 20 % atau 2
ons/kg bahan.
f)
Gula pasir
Digunakan sebagai pengawet dan lebih
efektif bila dipakai dengan tujuan menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagai
bahan pengawet, pengunaan gula pasir minimal 3% atau 30 gram/kg bahan.
(Team Media Kotanimura)
No comments:
Post a Comment