Petani jamur tiram di berbagai daerah
lapisan Nusantara ini amatlah banyak, selain harga yang relatif mahal, tingkat
keuntungan yang dihasilkan relatif tinggi, dan umur singkat. Tanaman ini juga
sangat laku di pasaran. Selain itu, keunggulan lainnya, cara budidaya mudah dan
dapat dilakukan sepanjang tahun dan tidak memerlukan lahan yang luas. “Jamur
tiram cukup toleran terhadap lingkungan dan dapat dijadikan sebagai pekerjaan
pokok maupun pekerjaan sampingan,” kata Goes Madi, petani jamur tiram Jember.
Diversifikasi produk jamur tiram cukup
banyak dapat bentuk segar, kering, kaleng, serta diolah menjadi keripik, pepes,
tumis, dan nugget.
Mata rantai budidaya jamur tiram dimulai
dari; serbuk gergaji, pengayakan, pencampuran, sterilisasi, inokulasi,
inkubasi, spawn running, growing, dan pemanenan.
Secara umum Goes Madi menjelaskan mengenai
budidaya jamur tiram. Untuk media tanamnya dapat berupa serbuk kayu
(gergajian), jerami padi, alang-alang, limbah kertas, ampas tebu dan lainnya.
Sebagai campuran dapat ditambahkan
bahan-bahan lain berupa bekatul (dedak) dan kapur CoCa3. Media dimasukkan dalam
plastik polypropilen dan dipadatkan kemudian diseterilisasi selama 10-12 jam. “Sterilisasi
bertujuan untuk menekan pertumbuhan mikrobia lain yang bersifat antagonis dan
menjadi penghambat pertumbuhan bagi tanaman induk dalam hal ini jamur tiram,” Tambahnya.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara memanaskan baglog dengan uap panas
selama 10-12 jam pada suhu ± 95-100 °C. Setelah sterilisasi selesai, baglog
didinginkan dalam ruangan tertutup selama 24 jam untuk menghindari kontaminasi
baglog.
Tahapan selanjutnya adalah proses inokulasi.
Inokulasi adalah proses penularan miselium dari bibit (F3) ke media tanam.
Proses ini dilakukan dengan steril dan dalam ruang inokulasi. Mengenai bibit, untuk
semnatara team produksi masih pesan pada bagian pembibitan jamur. Untuk selanjutnya
team produksi Kotanimura akan berupaya keras untuk membuat bibit sendiri.
Proses selanjutanya yakni masa inkubasi,
pada tahap ini pertumbuhan miselium jamur. Proses ini memerlukan waktu kurang
lebih 40 - 45 hari sampai baglog berwarna putih semua (Fullground). Goes Madi menegaskan,
suhu ruang inkubasi harus dijaga dalam kondisi yang stabil dan rendah cahaya
22- 28 °C dengan kelembaban 70 – 90 %.Setelah baglog berwarna putih merata,
kemudian dipindahkan ke kumbung. Biasanya, umur baglog yang dipindahkan telah
mencapai 40 hari.
Proses penumbuhan tubuh buah diawali
dengan membuka ujung baglog untuk memberikan 02 pada tubuh buah jamur. Biasanya
7-14 hari kemudian, tubuh buah akan tumbuh.
Setelah 7-30 hari sejak penyobekan baglog akan tumbuh tubuh buah yang terus mernbesar hingga mencapai pertumbuhan optimal yang siap dipanen (3-4 hari).
Setelah 7-30 hari sejak penyobekan baglog akan tumbuh tubuh buah yang terus mernbesar hingga mencapai pertumbuhan optimal yang siap dipanen (3-4 hari).
Goes Madi, menambahkan “selama masa
pemeliharaan suhu dan kelembaban udara harus dijaga dengan baik pada kisaran
suhu 20 - 22 °C dan kelembaban 95 - 100 %, dengan cara pengembunan kumbung”. Panen
pertama 30 hari sejak penyobekan baglog, sedangkan pemanenan berikutnya setiap
10-14 hari. Tubuh buah yang sudah siap panen harus segara dipanen agar kualitas
jamur baik.
BUDIDAYA
JAMUR TIRAM
dalam usaha budidaya jamur tiram, resiko
kegagalan biasanya terjadi pada masa inkubasi yakni tahap penumbuhan miselium
jamur, jika proses inokulasi tidak baik atau kurang steril dapat menyebabkan
tumbuhnya mikroba sehingga pertumbuhan miselium pada masa inkubasi menjadi
tidak sempurna. Maka, untuk menghindari hal tersebut, media tanam jamur yang
sudah proses ditumbuhi miselium, sehingga media tanam tersebut sudah siap untuk
panen. Kotanimura adalah koperasi petani jamur nusantara (KOTANIMURA), yang
menyediakan media tanam jamur tiram (Bag log) yang siap panen. Samapai dengan
proses pemasaran yang jelas dan bisa dipertanggung jawabkan. (Team Media Kotanimura)
Koperasi Petani jamur Nusantara (Kotanimura), adalah koperasi pertanian yang bergerak dalam budi daya jamur. Kotanimura Jaya Abadi.
ReplyDelete